Filipina melampaui China untuk menjadi negara yang paling bergantung pada listrik yang dihasilkan dari batu bara di Asia Tenggara. Hal ini merupakan kabar yang memprihatinkan bagi lingkungan, mengingat batu bara adalah salah satu sumber energi paling polusi dan merusak.
Menurut laporan yang diterbitkan oleh Institute for Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA), Filipina kini mengandalkan batu bara untuk lebih dari setengah dari total kapasitas pembangkit listriknya. Angka ini melampaui China, yang sebelumnya dikenal sebagai negara yang paling bergantung pada batu bara di kawasan Asia Tenggara.
Ketergantungan Filipina pada batu bara tidak hanya berdampak buruk pada lingkungan, tetapi juga memiliki dampak sosial dan ekonomi yang signifikan. Penggunaan batu bara sebagai sumber energi utama telah menyebabkan polusi udara yang tinggi dan memperburuk kualitas udara di negara itu. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan kasus penyakit pernapasan dan kesehatan masyarakat yang buruk.
Selain itu, ketergantungan pada batu bara juga berdampak pada harga energi dan ketersediaan listrik di Filipina. Karena harga batu bara yang fluktuatif dan mahal, negara ini terkadang mengalami krisis energi dan pemadaman listrik yang berkepanjangan.
Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah Filipina perlu segera beralih ke sumber energi yang lebih bersih dan ramah lingkungan, seperti energi panas bumi, tenaga surya, dan tenaga angin. Langkah-langkah konkret dan kebijakan yang mendukung pengembangan energi terbarukan harus segera diimplementasikan untuk mengurangi ketergantungan negara ini pada batu bara.
Dengan demikian, Filipina dapat mengurangi dampak negatifnya pada lingkungan, meningkatkan kualitas udara, dan menyediakan listrik yang lebih terjangkau dan berkelanjutan bagi masyarakatnya. Semoga langkah-langkah ini dapat segera diambil demi masa depan yang lebih baik bagi Filipina dan generasi mendatang.