Tekanan dari ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok terhadap Indonesia tidak dapat dipertahankan dalam jangka panjang. Hal ini disebabkan oleh dampak negatif yang dapat timbul dari konflik antara dua negara adidaya tersebut terhadap perekonomian Indonesia.
Sebagai negara berkembang yang memiliki hubungan dagang dengan kedua negara tersebut, Indonesia rentan terhadap dampak dari ketegangan politik dan ekonomi antara AS dan Tiongkok. Salah satu dampak yang paling nyata adalah penurunan investasi dan perdagangan antara Indonesia dengan kedua negara tersebut.
Ketika AS dan Tiongkok berada dalam konflik, banyak investor dan pelaku bisnis dari kedua negara tersebut cenderung menarik diri atau mengurangi investasi mereka di Indonesia. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pengangguran di Indonesia.
Selain itu, ketegangan antara AS dan Tiongkok juga dapat mempengaruhi harga komoditas dan pasar keuangan global, termasuk Indonesia. Fluktuasi harga minyak, nilai tukar mata uang, dan bursa saham dapat terjadi akibat ketegangan antara dua negara tersebut.
Untuk mengatasi dampak negatif dari ketegangan antara AS dan Tiongkok, Indonesia perlu melakukan langkah-langkah diplomasi yang bijaksana. Sebagai negara netral, Indonesia dapat memainkan peran sebagai mediator antara kedua negara adidaya tersebut dan mempromosikan dialog dan kerjasama yang saling menguntungkan.
Selain itu, Indonesia juga perlu memperkuat hubungan ekonomi dengan negara lain di luar AS dan Tiongkok untuk mengurangi ketergantungan terhadap kedua negara tersebut. Diversifikasi pasar ekspor dan investasi dapat menjadi langkah yang tepat untuk mengurangi risiko dari ketegangan antara AS dan Tiongkok.
Dengan mengambil langkah-langkah yang bijaksana dan proaktif, Indonesia dapat mengurangi dampak negatif dari ketegangan antara AS dan Tiongkok dan menjaga stabilitas ekonomi dan politik di dalam negeri. Hal ini penting untuk memastikan keberlanjutan pertumbuhan ekonomi Indonesia dan kesejahteraan masyarakatnya.