Hari: 15 Juli 2024

Indonesia’s foreign policy became transactional under President JokowiIndonesia’s foreign policy became transactional under President Jokowi

Kebijakan Luar Negeri Indonesia Menjadi Transaksional di Bawah Presiden Jokowi

Ketika Joko Widodo, atau yang lebih dikenal sebagai Jokowi, terpilih sebagai Presiden Indonesia pada tahun 2014, banyak yang berharap bahwa kebijakan luar negeri Indonesia akan terus mengedepankan prinsip-prinsip diplomasi yang telah lama menjadi landasan kebijakan luar negeri negara ini. Namun, seiring berjalannya waktu, terlihat bahwa kebijakan luar negeri Indonesia di bawah kepemimpinan Jokowi cenderung menjadi lebih transaksional dan pragmatis daripada sebelumnya.

Salah satu contoh nyata dari kebijakan luar negeri Indonesia yang menjadi lebih transaksional adalah dalam hubungannya dengan negara-negara lain, terutama dalam hal investasi dan perdagangan. Jokowi telah aktif dalam mempromosikan investasi asing di Indonesia dan mengadakan pertemuan dengan pemimpin negara lain untuk membicarakan peluang investasi yang dapat menguntungkan kedua belah pihak. Hal ini terlihat dari berbagai kesepakatan investasi yang telah ditandatangani antara Indonesia dengan negara-negara seperti China, Jepang, dan Amerika Serikat.

Selain itu, kebijakan luar negeri Indonesia di bawah Jokowi juga terlihat lebih pragmatis dalam menanggapi isu-isu global. Misalnya, dalam isu-isu hak asasi manusia, Indonesia cenderung memilih untuk tidak terlalu bersuara keras terhadap pelanggaran hak asasi manusia di negara-negara lain, demi menjaga hubungan baik dengan negara tersebut. Hal ini terlihat dari sikap Indonesia yang menghindari untuk mengkritik pelanggaran hak asasi manusia di Myanmar atau China, meskipun hal tersebut mendapat kecaman dari masyarakat internasional.

Meskipun kebijakan luar negeri Indonesia di bawah Jokowi dinilai lebih transaksional dan pragmatis, hal ini sebenarnya tidak terlalu mengherankan mengingat kondisi geopolitik dan ekonomi global yang terus berubah. Sebagai negara berkembang yang memiliki potensi besar, Indonesia perlu memanfaatkan peluang investasi dan perdagangan dengan negara lain untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyatnya. Namun, hal ini juga perlu diimbangi dengan keberpihakan terhadap nilai-nilai demokrasi, hak asasi manusia, dan perdamaian dunia.

Dengan demikian, kebijakan luar negeri Indonesia di bawah Jokowi seharusnya tetap mengedepankan prinsip-prinsip diplomasi yang telah lama menjadi identitas negara ini, sambil tetap memperhatikan kepentingan nasional dan kebutuhan ekonomi. Sebagai negara besar dengan peran penting di kawasan Asia Tenggara, Indonesia memiliki tanggung jawab untuk memainkan peran yang konstruktif dalam menjaga perdamaian dan stabilitas di dunia. Oleh karena itu, kebijakan luar negeri Indonesia di bawah Jokowi seharusnya tetap berlandaskan pada nilai-nilai moral dan prinsip-prinsip kemanusiaan, tanpa melupakan kepentingan nasional dan ekonomi negara.

Indonesia’s new government should aim to increase tax revenues: BasriIndonesia’s new government should aim to increase tax revenues: Basri

Pemerintah baru Indonesia seharusnya berusaha untuk meningkatkan penerimaan pajak: Basri

Sebagai negara berkembang dengan populasi yang besar, Indonesia memiliki potensi besar untuk meningkatkan penerimaan pajak. Namun, selama bertahun-tahun, penerimaan pajak Indonesia masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan negara-negara maju lainnya. Hal ini disadari oleh Basri, seorang ekonom terkemuka di Indonesia, yang meminta pemerintah baru untuk fokus pada peningkatan penerimaan pajak.

Menurut Basri, pemerintah harus melakukan berbagai langkah untuk meningkatkan penerimaan pajak, termasuk meningkatkan kepatuhan pajak, mengurangi kesenjangan pajak, dan mengurangi praktik penghindaran pajak. Hal ini penting untuk menciptakan keadilan dalam sistem pajak dan memastikan bahwa semua warga negara berkontribusi secara adil.

Selain itu, Basri juga menyarankan pemerintah untuk memperkuat lembaga perpajakan di Indonesia, seperti Direktorat Jenderal Pajak, untuk meningkatkan efisiensi dalam pengumpulan pajak. Peningkatan penggunaan teknologi juga dianggap penting untuk mempercepat proses perpajakan dan mengurangi potensi kecurangan.

Basri juga menekankan pentingnya transparansi dalam pengelolaan pajak, sehingga masyarakat dapat melihat dengan jelas bagaimana dana pajak digunakan untuk pembangunan negara. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan mendorong lebih banyak orang untuk membayar pajak dengan sukarela.

Dengan langkah-langkah ini, Basri yakin bahwa pemerintah Indonesia dapat meningkatkan penerimaan pajak secara signifikan dan memperkuat ekonomi negara. Semua pihak, baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat, harus bekerja sama untuk mencapai tujuan ini demi kemajuan Indonesia ke depan.