Kekerasan di Myanmar dan ketegangan di Laut China Selatan merupakan dua isu utama yang dibahas dalam pertemuan diplomatik Asia Tenggara yang berlangsung di Laos. Pertemuan tersebut melibatkan para diplomat dari negara-negara ASEAN, China, Jepang, dan Korea Selatan.
Kekerasan di Myanmar telah menjadi perhatian utama dalam komunitas internasional setelah kudeta militer yang terjadi pada bulan Februari. Pasukan keamanan Myanmar telah melakukan tindakan keras terhadap para demonstran yang menentang pemerintahan junta militer tersebut, menyebabkan ribuan warga sipil tewas dan ratusan ribu lainnya mengungsi.
Negara-negara ASEAN telah berusaha untuk mediasi dalam konflik di Myanmar, namun upaya tersebut belum membuahkan hasil yang signifikan. Beberapa negara, termasuk Indonesia, telah menyerukan agar pemerintah junta militer Myanmar menghentikan kekerasan dan memulai dialog politik dengan oposisi.
Sementara itu, ketegangan di Laut China Selatan juga menjadi fokus perhatian dalam pertemuan diplomatik tersebut. China telah meningkatkan kehadiran militer di wilayah tersebut, menyebabkan ketegangan dengan negara-negara tetangga seperti Vietnam, Filipina, dan Malaysia yang juga memiliki klaim atas sebagian wilayah tersebut.
Negara-negara ASEAN telah berusaha untuk menjaga stabilitas di wilayah tersebut melalui dialog dan kerja sama regional. Namun, China terus menerus melakukan klaim yang tidak sesuai dengan hukum internasional, menyebabkan ketegangan yang terus meningkat.
Dalam pertemuan diplomatik di Laos, para diplomat diharapkan dapat mencari solusi untuk kedua isu tersebut dan meningkatkan kerja sama regional dalam menangani tantangan yang dihadapi oleh Asia Tenggara. Semua pihak diharapkan dapat bekerja sama untuk mencapai perdamaian dan stabilitas di wilayah tersebut.